Onescras saat lagi baca-baca di jagad Kompasiana, ane nemu sebuah tulisan menarik dari Ibu
SRI H tentang Persepi ngawur yang berkembang di masyarakat Indonesia tentang budaya Barat, khususnya tentang kebebasan dalam hal Sex dan Minuman keras.
Yap, bagi sebagian besar persepsi publik tanah air yang menyalahkan Budaya Barat sebagai pembawa Budaya Hedonis, Mabuk-mabukan, pergaulan bebas dan sejenisnya. Ternyata, dari tulisan ibu Sri H yang keliatannya mengenal betul keadaan sesungguhnya di negara-negara Eropa berkata lain. Yap, dinegara maju yang masyarakatnya terkenal disiplin segala nya diatur dengan baik, walau bebas tapi ada aturannya.
Nah berikut 2 hal yang masih dipersepsikan ngawur oleh masyarakat tanah air :
1. Sex Bebas
Sengaja aku taruh ini dalam urutan pertama, karena sex bebas adalah yang pertama kali bercokol dikepala hampir semua orang kita. “Orang barat kan suka sex bebas, kamu gak takut kena AIDS/HIV apa?”
Ya amplop.
Kadang repot juga untuk menjelaskan sesuatu kepada orang yang empty headed ditambah kalau orang tersebut narrow-minded alias cetek pikirannya. Tetapi tetep harus kembali ke niat semula, yaitu memberi tahukan yang belum diketahui dan… gak usah pake urat kalau kita memberi tahu alias ngotot sampe mata melotot, teken keyboards kenceng-kenceng, dan sebagainya…
Gak perlu itulah ya.
Tarik napas dalem-dalem, tahan 10 detik, minum air putih, dan tersenyumlah sebelum menjawab pertanyaan ala kadarnya itu.
Menurut Badan Statistik Dunia AIDS/HIV negara Asia Tenggara menduduki peringkat ke tiga dunia setelah Sub-Saharan Africa, North Africa dan Middle East, dengan jumlah pasien 4 juta. Yang memprihatinkan adalah jumlah 4 juta ini adalah termasuk bayi yang baru lahir!
Sementara Central Europe dan Westerns diketahui memiliki angka yang sangat kecil, lima kali lipatnya dari total angka di Asia Tenggara. Wah!
Anak remaja Barat sejak di bangku SMP memang sudah di ajarkan tentang Sex, dan sex ini bukan yang menjurus tentang bagaimana berbuat sex atau posisinya, namun lebih mengarah pada informasi bagaimana bahayanya sex jika dilakukan oleh sembarang orang, gonta-ganti pasangan dan tanpa ’security’ atau alat pengaman.
Kedengarannya sangat familiar sekali ya di Indonesia? Emang. Berhubungan sex dengan menggunakan alat pengaman seperti kondom sudah dikampanyekan di Indonesia sejak tahun 1990an - bahkan di iklankan di TV: masih ingatkan iklan yang dibintangi oleh Dedy Midzwar dan Didi Petet?
Lalu apa hasilnya?
Jumlah pengidap AIDS/HIV di Indonesia itu sendiri diketahui terus meningkat semenjak tahun 2003. Jumlah terakhir pada tahun 2009 yang mengidap AIDS/HIV di Indonesia adalah 310,000 pasien! Dilihat bahwa kita adalah negara yang jelas sekali ‘menolak’ berhubungan sex sebelum menikah maka angka 310 ribu ini adalalah angka yang sangat mengerikan!
Berdasarkan dari satu informasi saja sudah jelas bahwa konotasi sex bebas itu tidak pantas untuk diberikan untuk Barat - lalu apa yang menyebabkan image ini menjadi pattern di kepala kita bahwa Eropa suka sex bebas?
Jelas saja yang pertama adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud disini adalah pengetahuan yang valid, pengetahuan yang didapat bukan hanya dari sekedar menonton film barat yang moro-moro ada adegan sex yang dilakukan oleh sepasang remaja yang belum menikah. Di Barat, Amerika atau Ozy, film yang mempertontonkan adegan sex mungkin tidak seketat di Indonesia namun tetap saja mereka harus mendahului badan sensor.
Dengan kata lain, sex bebas itu tidak ada dalam ‘kamus’ orang barat. Berhubungan intim menurut mereka harus dilakukan atas dasar suka sama suka (tapi bukan untuk main-main), dan kalau memang benar-benar suka, maka disebut cinta, dan kalau sudah cinta maka hubungan meningkat menjadi komitmen, yang artinya mereka sudah serius (tapi bukan berarti harus menikah).
Pemikiran orang barat terhadap sebuah hubungan cinta sangat dalam, apalagi pernikahan. Untuk itu mereka tidak mengartikan hubungan intim dengan cinta, tetapi cinta bisa menjadi berhubungan intim, cinta dan berhubungan intim bukan berarti harus menikah. Tidak heran, angka kasus perceraian di Eropa sangatlah kecil sekali dibandingkan di Asia, apalagi Indonesia.
Lalu siapakah sebenarnya negara yang memiliki ‘Budaya Bebas’ itu?
2. Alcohol
Kalau di Indonesia minuman berakohol dilarang keras, di Eropa minuman keras katanya dijual bebas. Masa sih?
Don’t judge the book by its cover.
Toko alkohol memang ada dimana-mana tapi bukan berarti semua orang dari segala umur dibebaskan membeli. Bahkan di kampus-kampus disediakan khusus pub untuk mahasiswa.
Apakah mereka menggunakan pub ini untuk mabuk atau mesum? Tentu saja tidak. Mereka sangat menghargai peraturan. Mungkin ada beberapa orang yang ‘nyeleweng’ tetap itu sangat sangat jarang terjadi. Itulah yang membuat orang barat terkenal sangat disiplin. Peraturan adalah peraturan.
Di Eropa barat memiliki restrictions untuk pembelian atau meminum alkohol, seperti diharuskannya pembeli memberikan identitas untuk memastikan kalau dia sudah berumur cukup untuk mengkonsumsi alkohol, dan dilarang keras untuk mengemudi dalam kondisi berakohol (tidak perduli minumnya sedikit atau banyak).
Hal ini mengingatkan aku dengan beberapa peristiwa di Indonesia yang membuat ku, temans Baratku, dan tentunya rakyat Indonesia geleng-geleng kepala ketika sebuah berita di TV menayangkan berita tentang sekelompok orang Indonesia yang menggunakan campuran kimia kedalam alkohol hanya untuk membuat minuman alkoholnya semakin kuat, yang mengakibatkan mereka keracunan bahkan menyebabkan kematian.
Duh!
Yang mencengangkan lagi adalah Indonesia yang mengklaim minuman alkohol dilarang keras untuk di konsumsi ini ternyata adalah negara ke enam terbesar didunia pengimport alkohol!
Kembali ke laptop,
Melihat bagaimana kedua persepsi ngawur diatas dari kenyataan di dua negara, maka diriku berkesimpulan bahwa Barat adalah negara yang terbuka - menyiapkan diri pada realita kemajuan jaman dengan cara memprovokasi rakyatnya dengan konsekuensi, dan bukannya menakuti-nakuti rakyat dengan hukum.
Kalau orang Barat ingin main-main dengan hukum tentunya ini lebih mudah dilakukan karena sosial hidup disini sangatlah makmur dan diatas rata-rata. Tapi tidak.
Entah keturunan gen atau sememangnya sudah natural kalau orang Barat mau belajar membenahi diri, semorat marit apapun keadaan Barat (seperti krisis ekonomi yang sedang terjadi hingga kini) namun tetap saja mereka dapat membenahi diri, bahkan lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Akhir kata,
Sharing ini hanya sekedar berbagi pengetahuan, tidak lebih dan tidak kurang dan (sekali lagi) tidak ada kaitannya dengan marketing bisnis, hehe. Jika bermanfaat silahkan di renungkan, jika membuat darah anda naik maka cepat-cepatlah close window ini.
Source : kompasiana